Cedera dan Penanganannya

Menari merupakan salah satu aktivitas fisik yang membutuhkan kelenturan, kekuatan dan stamina yang baik untuk dapat bergerak. Dalam menari, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan penari mengalami cedera. Oleh karena itu, penari harus mengetahui cara pencegahan dan penanganan cedera dengan benar. Tidak hanya penari, cedera dapat terjadi kepada siapa saja dan dari berbagai kalangan usia. Meningkatnya aktivitas fisik juga harus disertai dengan pengetahuan mengenai pemanasan yang baik sebelum bergerak hingga teknik gerak yang benar. Artikel ini akan membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera dan penanganan yang dapat dilakukan apabila mengalami cedera. Tim LENTUR berharapkan artikel ini dapat membantu para pembaca mengenai pencegahan dan penanganan yang tepat ketika mengalami cedera.

Apa Arti dari “Cedera”?

Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem otot dan rangka tubuh selama olahraga akibat suatu ketidaksengajaan/kecelakaan maupun kesalahan yang sebenarnya dapat dihindari seperti; kurang pemanasan, faktor motorik, intensitas latihan yang terlalu berat, dan tingkat stress yang tinggi.

Cedera atau trauma adalah tidak berfungsinya otot, tendon, ligamen, sendi ataupun tulang dengan baik akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan. Biasanya ditandai dengan timbulnya nyeri, rasa panas, merah dan bengkak.

Penyebab Cedera pada Penari

Cedera pada penari dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk growth spurts (perkembangan tubuh), ketidakseimbangan otot, penggunaan teknik yang salah, perubahan atau peningkatan beban latihan karena  jadwal latihan/pertunjukan, atau bahkan bisa juga disebabkan karena penggunaan alas kaki yang kurang tepat.

Penanganan Cedera pada Penari

Ketika terjadi cedera, segera konsultasikan dengan dokter. Kita bisa mengunjungi dokter spesialis fisik dan rehabilitasi (Sp.KFR) untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan terapi yang tepat.

Ketika cedera baru saja terjadi, gunakan es untuk mengompres untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan, atau gunakan mentode RICE yaitu; Rest, Ice, Compression, dan Elevation.

  • (Rest) Segera istirahatkan bagian tubuh yang mengalami trauma dengan tidak menggerakkanya.
  • (Ice) Infalamasi akan timbul pada masa awal cedera. Untuk menghambat kondisi ini, kita dapat menggunakan es batu atau air dingin. Kompreslah pada bagian yang mengalami pembengkakan selama 5 menit dan lakukan dengan jarak 4 jam sekali.
  • (Compresion) Membalut bagian tubuh yang terluka atau cedera dan agak ditekan agar mengurangi terjadinya pembengkakkan
  • (Elevation) Dalam kondisi ini, bagian tubuh yang mengalami cedera harus diangkat ke posisi yang lebih tinggi dari jantung agar bengkak yang muncul dapat segera hilang. Jika cedera tersebut terjadi di bagian kaki, gantungkan kaki di tembok sehingga bengkak segera berkurang.

Setelah beberapa hari, kamu dapat mengompresnya dengan menggunakan air hangat untuk meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang cedera untuk mempercepat penyembuhan.

Bagaimana menentukan/mengetahui jika sakitnya terjadi karena cedera?

Pada umumnya, nyeri yang dirasakan setelah menari adalah rasa pegal yang biasanya akan berkurang dalam jangka waktu 24 sampai 48 jam. Ada juga orang yang mengalami rasa pegal tersebut dalam jangka waktu yang lebih lama, namun, jika kamu mengalami nyeri seperti daftar di bawah, bisa dikatakan bahwa kamu mengalami cedera:

  • Rasa sakit yang menyebabkanmu terbangun dari tidur
  • Sakit yang timbul saat awal melakukan sebuah kegiatan
  • Rasa sakit yang semakin bertambah saat melakukan suatu kegiatan
  • Sakit yang menyebabkanmu menyesuaikan tumpuan berat badan atau yang menyebabkan kamu tidak dapat  bergerak seperti biasanya
  • Nyeri, sakit atau bagian tubuh yang cedera terasa lebih lunak
  • Memar
  • Mengalami kelainan, seperti tulang atau sendi yang terlihat tidak pada tempatnya
  • Berkurangnya jangkauan gerak
  • Terdengar suara-suara tidak wajar dari anggota tubuh saat bergerak
  • Tidak dapat menahan beban tubuh di pinggul, kaki atau telapak kaki
  • Rasa hangat saat menyentuh kulit
  • Rasa kaku dan lemas
  • Bengkak
  • Kesulitan menggerakkan bagian tubuh tertentu yang seharusnya biasa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari

Segera konsultasikan keluhan yang kamu rasakan pada tenaga kesehatan yang khusus menangani hal yang bersangkutan (seperti dokter spesialis olahraga atau spesialis rehab medik). Mereka dapat memberikan saran apakah kamu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dan mereka juga bisa menentukan rencana perawatan yang tepat untukmu

Apa saja yang harus ada pada perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) seorang penari?

Dalam kotak P3K biasa, kamu mungkin sudah memiliki banyak hal penting untuk menangani keadaan darurat medis. Namun saat terjadi cedera pada penari, kamu mungkin perlu memasukkan beberapa perlengkapan tambahan, seperti:

  • Instant cold pack
  • Pre-wrap dan athletic tape (jika ada penyedia perlengkapan medis yang resmi)
  • Perban elastis (untuk mencegah pembengkakan, bukan untuk dipakai saat menari)
  • Crutches (jika masih disarankan oleh petugas kesehatan untuk memakainya)
  • Pereda rasa nyeri

Pencegahan Cedera pada Penari

  • Always warm up and cool down before and after practice

Melakukan stretching/peregangan atau “memanaskan” otot yang pegal menggunakan foam roller. Hal ini dapat mencegah otot menegang/berkontraksi dan juga dapat membantu mengurangi delayed onset muscle soreness (DOMS) atau nyeri otot yang tertunda, memastikan kesiapan otot yang tepat dan dapat dipertahankan dengan lebih mudah saat latihan atau pertunjukan di kemudian hari.

  • Build strength and endurance

Cobalah melakukan menerapkan berbagai latihan yang dapat menambah kekuatan dan ketahanan di seluruh bagian tubuh untuk menghindari ketidakseimbangan otot yang dapat menyebabkan cedera umum pada penari.

  • Ensure that correct form is always used

Pastikan untuk menerapkan bentuk tubuh yang benar dan tepat saat latihan dan pertunjukan agar mengurangi ketegangan/kontraksi berlebihan yang tidak diperlukan pada otot dan sendi sehingga dapat menyebabkan cedera.

  • Parental Oversight

Orang tua memegang peran penting dalam pencegahan cedera pada penari. Pertama, berhati-hatilah untuk tidak memaksa anak-anak melakukan latihan yang tidak sesuai atau lebih sulit dari yang seharusnya, karena hal tersebut sangat berbahaya. Khususnya untuk murid ballet, orang tua harus memastikan bahwa keputusan untuk memulai latihan menggunakan pointe shoes tidak dilakukan sebelum kaki dan pergelangan kaki anak mengalami perkembangan dan memiliki kekuatan yang cukup. Di NAMARINA latihan menggunakan pointe shoes biasanya dilakukan saat murid dirasa sudah cukup kuat dan pertumbuhan kaki sang anak dianggap sudah cukup memadai. Dimulai dengan pengenalan di Grade 4, lalu latihan pengenalan tersebut berlanjut ke tingkat Grade 5 atau Intermediate Foundation.

Kedua, orang tua harus memperhatikan perubahan asupan nutrisi atau kondisi psikologis yang ditunjukkan anaknya yang mungkin mencoba menyesuaikan diri dengan citra seorang penari yang tidak sehat. Gangguan makan, gangguan menstruasi, dan keinginan perfeksionis berlebihan adalah contoh masalah yang lebih banyak terjadi pada (calon) penari. Orang tua harus jeli dan waspada terhadap perkembangan kondisi seperti ini agar dapat mencegahnya sebelum terlambat atau menjadi masalah besar.

Dalam rangka pembuatan artikel mengenai cedera ini, Tim LENTUR juga menyediakan question box yang beberapa waktu lalu terdapat di Instagram story namarina_dance_academy. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Sobat LENTUR, kami meneruskannya kepada para dokter dari Tim Exercise Center IMERI FKUI/Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga FKUI. Berikut jawaban yang diberikan oleh tim dokter-dokter spesialis Kedokteran Olahraga FKUI.

Suatu cedera dapat dikompres dengan kompres dingin atau panas, bergantung pada jenis dan waktu suatu cedera terjadi.

Penggunaan terapi kompres dingin terutama dilakukan pada cedera akut (cedera yang baru terjadi) untuk membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Efek kompres dingin: Menurunkan sirkulasi, mengurangi aktivitas metabolisme di sekitar jaringan yang terkena efek dingin, dan mengurangi inflamasi/peradangan.

Manfaat kompres dingin: Mengurangi rasa sakit, mengurangi bengkak, mengurangi peradangan. Paling baik kompres dingin digunakan setelah berolahraga atau setelah aktivitas yang menghasilkan rasa sakit.
Kapan kita tidak disarankan menggunakan terapi kompres dingin:

  • Sesaat sebelum aktivitas fisik
  • Jika area icing (area lokasi kompres dingin) mengalami mati rasa
  • Jika penari memiliki penyakit vaskular (seperti sirkulasi yang buruk karena kehilangan darah, cedera pembuluh darah, sindrom kompartemen, vaskulitis, pembekuan darah, atau penyakit Raynaud)
  • Jika penari mengalami gangguan kulit (seperti luka terbuka, luka yang belum sembuh, kulit yang meregang, melepuh, terbakar, atau tipis)
  • Jika penari memiliki hipersensitivitas dingin, termasuk urtikaria yang disebabkan oleh dingin (gatal-gatal karena alergi dingin)

Terapi kompres panas digunakan pada cedera kronis dan pada cedera sub-akut (cedera yang terjadi berulang dalam waktu lama, atau terjadi lebih dari 3 hari sebelumnya). Terapi panas atau thermotherapy menjadi pengobatan yang efektif dalam memfasilitasi proses penyembuhan, jika digunakan dengan benar.

Efek kompres panas: Meningkatkan sirkulasi jaringan sekitar, meningkatkan aktivitas metabolisme, dan meningkatkan efek peradangan.

Manfaat kompres panas:

  • Membantu meredakan kekakuan atau ketegangan pada otot.
  • Membantu mengurangi kekakuan sendi.
  • Membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fleksibilitas.
  • Terbukti efektif dalam mengurangi rasa sakit yang berhubungan  dengan kejang otot dengan memberikan efek analgesik dan efek relaksasi untuk otot yang tegang.

Kapan kita tidak disarankan menggunakan terapi kompres panas:

  • Setelah aktivitas atau latihan fisik
  • Jika area tersebut dirasakan mati rasa
  • Jika ada luka terbuka atau luka bakar
  • Segera setelah cedera terjadi (fase akut)
  • Jika suhu tubuh meningkat karena demam atau stres panas
  • Malanga GA, Yan N, Stark J. Mechanisms and efficacy of heat and cold therapies for musculoskeletal injury. Postgrad Med. 2015 Jan;127(1):57-65. doi: 10.1080/00325481.2015.992719. Epub 2014 Dec 15. PMID: 25526231.
  • Tegh, Sukhvinder & Singhal, Vishesh & Deepanshi, Sharma & Kapoor, Gaurav & Panda, Sougata. (2018). Role of Cold Therapy and Hot Therapy in Sports Injuries SPORTS INJURIES.

Dalam menari balet dibutuhkan kestabilan lutut yang dipengaruhi oleh ACL (Anterior Cruciate Ligament). Cedera ACL akan mengakibatkan keterbatasan kemampuan gerak seseorang saat menari balet. Di sisi lain, cedera ACL yang tidak diperbaiki akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktur lain di dalam lutut yang akan mengurangi kualitas hidup di kemudian hari. Atas dua pertimbangan ini, maka akan lebih bijak untuk diambil tindakan perbaikan pada cedera ACL yang ditindaklanjuti dengan latihan pemulihan sebelum kembali aktif menari.

  • Shaw J, Brown D, Mattiussi A, et al. The activity demands and physiological responses observed in profesional ballet: a Systematic review. JSES 2021; 5: 254-269.
  • Meuffels D and Verhaar J. Anterior cruciate ligament injury in professional dancers. Erasmus Universiteit Rotterdam, Rotterdam, 2011.
  • Rolf C. The handbook – diagnosis and management. London: A&C Black Publishers Ltd; 2007.

Suatu cedera bisa mengakibatkan efek jangka panjang, tergantung dari tingkat keparahan cedera. Pasca terjadinya kerusakan, seluruh bagian tubuh, baik otot, sendi, tulang, dan organ lainnya akan mengalami konsekuensi jangka panjang. Pada otot dan tendon, cedera yang tidak sembuh sempurna akan menyebabkan jaringan parut dengan elastisitas yang lebih rendah dan berisiko lebih tinggi untuk terjadi cedera berulang. Pada kasus robekan ligamen yang lebih berat lagi, perlu dilakukan penggantian ligamen.

  • Andrew J, Harrelson G, Wilk K. Physical rehabilitation of the injured athlete. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012.
  • P, Khan K. Clinical sports medicine. 4th ed. Australia: The McGraw-Hill companies; 2007.

Suatu cedera dapat memiliki efek jangka panjang yang dipengaruhi oleh:

  1. Karakteristik dari cedera itu sendiri, contohnya cedera putusnya ligamen atau patah tulang cenderung memiliki risiko terjadinya proses penyembuhan yang lebih lama dibandingkan cedera otot.
  2. Ketepatan pemberian terapi saat cedera; kesalahan dalam terapi pada saat cedera akut dapat meningkatkan risiko terjadinya proses penyembuhan yang tidak sempurna.
  3. Pemulihan cedera jangka panjang juga dipengaruhi kepatuhan dan ketaatan pasien/penari untuk menyelesaikan program terapi latihan fisik sebelum kembali aktif menari.
  4. Gerakan secara terus-menerus pada area yang cedera (overuse)

Shields DW (2013) Factors Affecting Healing, Recovery and Outcome after Injury. J Nov Physiother 3:139. doi:10.4172/2165-7025.1000139

Langkah-langkah yang dapat dilakukan penari:

  1. Memeriksakan diri ke dokter SpKO (Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga) untuk dicek dan dilihat kondisi cedera secara lebih lanjut.
  2. Biasanya dokter SpKO akan melalukan anamnesa/wawancara medis, pemeriksaan fisik secara lengkap, serangkaian tes fungsional tergantung dari area cederanya, dan pemeriksaan imaging jika perlu.
  3. Jika memerlukan pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut, maka penari akan dirujuk ke spesialis ortopedi.

Jika terjadi cedera, sebaiknya jangan dipijat karena dengan dipijat dapat memperparah cedera yang terjadi. Perlu diketahui, saat bagian tubuh mengalami cedera, maka otot, ligamen maupun tendon, mengalami trauma dan oleh karenanya akan terluka. Saat cedera tersebut dipijat, hal itu akan membuat kondisi trauma dan peradangan yang terjadi semakin parah. Akibatnya cedera akan semakin lama sembuhnya dan semakin bengkak, bahkan pada beberapa kasus cedera yang terjadi bisa sulit disembuhkan karena kerusakan jaringan di sekitarnya.

Untuk itu ketika baru saja mengalami cedera pastikan hindari melakukan pijatan di area yang cedera.

Emery, C. A., & Pasanen, K. (2019). Current trends in sport injury prevention. Best Practice & Research Clinical Rheumatology, 33(1), 3–15.

Penanganan cedera disesuaikan dengan jenis dan penyebab cederanya. Cedera akut paling sering disebabkan oleh kerusakan jaringan muskuloskeletal (otot, tendon, ligamen, tulang dan sendi) atau terganggunya fungsi neuromuskular.

Jika cedera menyebabkan kerusakan pada tulang dan sendi seperti fraktur atau dislokasi maka cedera sudah merupakan suatu kegawatdaruratan sehingga penari harus secepatnya dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan.

Jika cedera menyebabkan kerusakan pada otot, tendon, dan ligamen (sprain dan strain) maka penanganan pertama yang dapat dilakukan adalah RICE (Rest – Ice – Compression – Elevation). Prinsip penanganan adalah mengurangi radang dan pembengkakan serta membantu proses penyembuhan. Pengistirahatan area cedera akan membantu menjaga otot dan sendi dari kerusakan lebih lanjut, selain juga memastikan proses penyembuhan dapat terjadi. Pengaplikasian es pada area cedera, pembebatan, dan menempatkan area cedera lebih tinggi dari jantung akan membantu mengurangi nyeri dan mengurangi bengkak serta peradangan.

Jika cedera disebabkan karena gangguan fungsi neuromuskular (masalah otot dan saraf pengendalinya), dapat mengakibatkan otot berkontraksi di luar kendali/involunter sehingga timbul kram otot. Kram otot saat melakukan latihan dapat disebabkan oleh terganggunya keseimbangan elektrolit dan status hidrasi. Penanganan kram otot berbeda dengan cedera sprain dan strain. Otot yang mengalami kram ditangani dengan peregangan dan pemijatan untuk menstimulasi relaksasi otot. Selain itu penanganan juga dibantu dengan mengaplikasikan krim panas pada area kram untuk membantu memperlancar aliran darah. Pemberian minuman elektrolit juga dapat dilakukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit dan status hidrasi.

Jadi, opsi penanganan cedera disesuaikan dengan jenis cedera yang terjadi. Jika cedera melibatkan luka lecet, maka penanganan dapat berupa pembersihan area luka dengan cairan antiseptik dan menutup luka dengan perban. Pada sprain atau strain maka penanganan awal yang dapat dilakukan adalah metode RICE. Sedangkan pada kram otot maka penanganan berupa peregangan dan pemijatan dengan bantuan krim panas, sambil memberikan cairan elektrolit. Apabila terjadi fraktur pada tulang dan/atau dislokasi persendian, jangan memijat atau menggerakkan area tersebut. Lakukan teknik imobilisasi dengan pembidaian dan segera hubungi ambulan atau rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Tas atau kotak kit pertolongan pertama penari terdiri dari:

  • Plester luka berbagai ukuran
  • Alkohol wipes
  • Pita perekat medis
  • Perban medis (berbagai ukuran untuk menutupi dan menjaga luka tertutup)
  • Gunting perban
  • Cotton swabs steril
  • Sarung tangan medis
  • Ice packs (es batu dalam ukuran kecil dan plastik klip sebagai wadah es batu untk mengkompres)
  • Satu set masker resusitasi
  • Kasa steril (berbagai ukuran)
  • Cairan saline (NaCl 0,9%)
  • Safety pins medis
  • Pinset tumpul
  • Perban segitiga (digunakan sebagai sling)
  • Plester khusus blister
  • Pembalut wanita
  • Termometer

https://www.onedanceuk.org/wp-content/uploads/2017/11/DUK-Info-Sheet-2-Dancers-First-Aid Toolbox.pdf

Sakit atau nyeri karena otot sedang mengalami perkembangan/pertumbuhan adalah nyeri tumpul atau ketidaknyamanan akut pada tungkai yang dialami oleh anak yang mengalami pertumbuhan, yang timbul terutama pada malam hari. Satu teori mengapa anak-anak mengalami nyeri saat pertumbuhan menjelaskan bahwa otot, tulang, tendon, dan ligamen mereka tidak semuanya tumbuh dengan kecepatan yang sama, sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Selain itu, anak-anak mungkin mengalami sakit dan nyeri karena mereka berada dalam periode yang sangat aktif dalam hidup mereka.

Pada sebagian besar kasus, rasa sakit dimulai pada sore atau awal malam hari, dengan kemungkinan besar anak terbangun oleh rasa sakit tersebut di malam hari. Gejala spesifik nyeri tumbuh meliputi: sensasi sakit atau berdenyut di anggota badan (biasanya di paha depan dan belakang, betis, atau area tulang kering), sakit kepala, sakit perut. Ketidaknyamanan ini seharusnya tidak menetap akan tetapi biasanya hilang timbul sepanjang hari dan dapat hilang dengan memberikan pijatan.

Sementara itu sakit akibat cedera terjadi pada saat atau setelah aktivitas latihan/menari, dan biasanya memiliki karakteristik seperti: rasa nyeri yang hanya mengenai satu kaki atau lengan, nyeri berlanjut sepanjang hari, rasa sakit mempengaruhi cara berlari atau berjalan, ada pembengkakan, kemerahan dan/atau nyeri pada kaki atau lengan, dan dapat disertai kehilangan selera makan maupun demam.

Lehman, P. J., & Carl, R. L. (2017). Growing Pains: When to Be Concerned. Sports Health, 9(2), 132–138. https://doi.org/10.1177/1941738117692533

Latar Belakang Tim Dokter

Pertanyaan yang terkumpul dijawab oleh Tim Exercise Center IMERI FKUI/Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga FKUI.

Dalam tim ini terdiri dari :

  1. Dr. dr. Nani Cahyani Sudarsono, Sp.KO
  2. dr. Ria Lestari, Sp.KO
  3. dr. Siti Shalihah Suriadireja
  4. dr. Hanif Abror
  5. dr. Ruben Razie Sugondo
  6. dr. Mohammad Andeansah
  7. dr. Iryulandi Mukhtiaranto

Center for Sports and Exercise Studies (SES) merupakan salah satu clusters dalam Medical Science Clusters di IMERI, Universitas Indonesia. Center for Sports dan Exercise Studies melakukan penelitian yang berfokus pada aktivitas fisik, latihan fisik, olahraga, serta kaitannya dengan kesehatan. Dalam melakukan penelitiannya, Sports and Exercise Studies juga berkolaborasi dengan beberapa pihak lain seperti FKUI-RSCM, Sport Medicine Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Cluster of Metabolic, Cardiovascular, and Aging IMERI FKUI, Unit Kegiatan Olahraga (UKOR) UI, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementrian Kesehatan, Rumah Sakit Nasional Olahraga (RSON), dan Sekolah khusus Olahraga (SKO).

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Center for Sports and Exercise Studies (SES) dapat mengunjungi laman website dengan tap atau mengetuk gambar di bawah:

Kirana P. Sudarsono & Najla Fasaqintara